KUPANG, BERANDA-WARGA.COM— Intervensi spesifik melalui Pemberian Makanan Tambahan (PMT) hingga Agustus 2024 berhasil menurunkan prevalensi stunting di Kecamatan Kelapa Lima, Kota Kupang sebanyak 925 kasus stunting atau 23 persen dari 3.905 target intervensi yang ditetapkan.
Kepala UPT Puskesmas Oesapa, dr. Ovlian Manafe menjelaskan, penanganan stunting di wilayah kerjanya dilaksanakan melalui dua cara intervensi yakni intervensi sensitif dan intervensi spesifik melalui PMT.
Menurutnya, sebanyak 70 orang petugas teknis kesehatan yang menjadi pionir dalam penanganan kesehatan dan stunting. Mereka juga dibantu 230 kader dari 46 posyandu yang tersebar merata di lima kelurahan di Kecamatan Kelapa Lima.
“Tentunya kerja kolaborasi dengan semua stakeholder dipastikan akan membuahkan hasil yang baik. Alhasil, sudah banyak anak stunting membaik dan ada peningkatan berat dan tinggi badannya,” kata Ovlian di Kupang, Rabu, 13 November 2024.
Ia berargumen, meski prevalensi stunting berhasil diturunkan hingga 23 persen atau 925 anak, tapi angka tersebut belum aman sesuai target pemerintah pusat yakni 14 persen di 2024. Dimana, hanya 925 anak yang datang di posyandu sesuai hasil pengukuran atau total yang diukur, sementara anak- anak sasaran yang berumur 0- 59 bulan sebanyak 3.905
Peran Posyandu Sangat Penting
Ovlian menyatakan, peran posyandu dan para kadernya sangat penting dalam upaya penanganan stunting.
Karena melalui posyandu, ibu hamil, bayi dan balita bisa dipantau dan diketahui perkembangan kesehatan dan status gizinya dengan cara pengukuran berat dan tinggi badan
Selain itu, posyandu juga sebagai tempat sosialisasi atau tempat penyampaian informasi sehingga masyarakat bisa menjaga kesehatan dan status gizi anak di rumah dengan makanan yang dianjurkan
Jumlah posyandu di wilayah kerja UPT Puskesmas Oesapa sebanyak 46 posyandu dan menyebar merata di lima kelurahan dengan dibantu lima orang kader masing- masing posyandu.
Gunakan Bantuan Operasional Kesehatan
Ovlian mengungkapkan, pemberian makanan tambahan (PMT) menggunakan anggaran pusat Bantuan Operasional Kesehatan (BOK). Anggaran yang dialokasikan dipastikan sudah sangat cukup dan bisa menjaga status gizi anak di wilayah setempat.
Kendati demikian, pihaknya masih hadapi kendala di lapangan terutama menyangkut komitmen anak yang mau diberikan makan. Pasalnya terkadang anak penerima manfaat tidak datang di posyandu sehingga para kader harus mengantar langsung ke rumah penerima manfaat.
“Komitmen ini yang harus ditingkatkan agar semua anak mendapat PMT dan selalu dipantau kondisi status gizinya,” ujar Ovlian.
Ia mengatakan, bicara masalah gizi, bukan hanya stunting, tapi ada juga masalah gizi kurang dan obesitas. Tentunya peran ibu sangat berkontribusi langsung terhadap status gizi anak sejak dari kehamilan. Ada yang disebut dengan ibu hamil Kurang Energi Kronik (KEK) dan secara anggaran sudah diintervensi pemerintah. Sehingga tidak hanya gizi kurang yang mendapatkan bantuan makanan tambahan, tetapi juga ibu hamil. Alasannya, kalau tidak mendapatkan intervensi gizi yang baik, maka ibu hamil akan melahirkan anak dengan masalah gizi, mulai dari stunting, gizi kurang dan masalah terkait lainnya.
Selain itu, peran orang tua asuh diharapkan tidak hanya memberi sumbangan tetapi juga memberikan perhatian dan ikut memantau perkembangan anak setiap bulan di posyandu.
“Mereka tidak saja memberikan uangnya tetapi juga perhatian,” harap Ovlian.
Penanganan stunting harus dilaksanakan secara kolaborasi artinya ada yang memang menjadi program pemerintah, ada juga program kolaborasi konvergensi untuk semua organisasi perangkat daerah (OPD).
UPT Puskesmas Oesapa melalui petugas teknis dan para kader terus bekerja dengan cara door to door. Misalnya, pada saat pelayanan posyandu ketika anak tidak datang, maka makanannya diantarkan ke rumah penerima manfaat. (bw//***)