“Jangan sepak bola sebagai ajang tarung fisik, tarung berkelahi atau tarung permusuhan. Tanding sepak bola harus menjadi tanding kematangan peradaban para pemain dan pelatihnya. Saya ingin menyaksikan permainan sepak bola dengan kultur dan peradaban yang tinggi karena penampilan bermain bola yang indah dan seni,” ujar Laiskodat mengingatkan.
Ia berargumen, penampilan para pemain sepak bola yang kian bermutu tinggi serentak menampilkan mutu organisasi PSSI. Karena itu, yang pertama terkenal adalah pemain sepak bolanya bukan organisasi yang mengurus sepak bola. Pada gilirannya, PSSI tampil sebagai institusi peradaban karena peradaban para pemain bola telah dibentuk berkat pembinaan dan pengorganisasian sepak bola di NTT.
Sepak bola tidak hanya dimengerti sebagai sebuah cabang olahraga fisik dalam organisasi tim, tetapi sepakbola juga sebagai panggung peradaban manusianya, arena peradaban provinsi, dan gambaran peradaban negara. Di dalam olahraga setiap manusia hendak mengekspresikan atau mengaktualisasikan dirinya sendiri sembari memantulkan peradaban diri manusia. Karena itu hindarilah budaya kekerasan di dalam arena sepak bola.