KUPANG, BERANDA-WARGA.COM— Masih ada hal menarik yang tersisa dari debat publik kedua pilkada Kota Kupang yang digelar KPU, Sabtu, 2 November 2024.
Terjadi perdebatan antara paslon nomor urut 2, Jonas Salean- Alo Sukardan dan paslon nomor 5, Chris Widodo- Serena Francis.
Perdebatan itu terkait dengan isu waterfront city yang disampaikan Chris Widodo saat menjawab pertanyaan dari panelis.
Pertanyaan panelis, bagaimana program paslon untuk mengatur agar kawasan pantai yang indah bisa mengakomodir semua kalangan, baik investor maupun nelayan atau warga yang membutuhkan rekreasi yang murah meriah.
Konkretnya bagaimana paslon memastikan akses untuk warga yang sangat beragam terutama untuk nelayan kecil agar akses ke pantai dan laut tidak tertutupi semuanya oleh restoran dan hotel.
Menjawab itu, Chris mengatakan, dirinya setuju Kota Kupang punya eksotisme tersendiri yang bisa dijadikan waterfront city. Ia mencontohkan Makassar yang bisa menciptakan waterfront city dengan sangat baik.
“Kuncinya kita harus bisa menghasilkan fasilitas-fasilitas publik yang baik. Jadi di sana sanitasinya harus baik, toilet yang bersih, ada tempat sampah. Lalu kita siapkan amenitas pendukungnya, ada restorannya, ada toko souvenirnya. Itu semua harus kita siapkan dengan baik,” kata Chris.
Selanjutnya, kata Chris, siapkan regulasi yang baik. Tidak boleh lagi ada privatisasi, pantai diblok hotel- hotel atau restoran- restoran tertentu.
Namun, dalam tanggapannya, Jonas justru tak setuju jika menyamakan Kota Kupang dan Kota Makassar.
“Nah, sekarang obyek wisata di pantai ini di mana? Tidak ada seperti tadi bilang di Makassar. Beda. Makassar beda dengan Kupang. Oleh karena itu, satu- satunya jalan keluar untuk kita, kita mau relokasi orang- orang ini,” kata Jonas.
Ia lalu mencontohkan dua destinasi yang dibangun di era Presiden Jokowi namun saat ini jadi tempat jualan ikan.
“Padahal dulu kami desain itu, depan Aston reklamasi 50 meter supaya keluarga kita yang jual ikan itu di belakang dari rumah itu. Tapi dalam perjalanan tidak demikian. Oleh karena itu, kami akan lakukan itu (reklamasi, Red), kalau Tuhan sayang kami dua jadi wali kota,” tutup Jonas.
Dalam respon baliknya, Chris mengatakan setuju dengan pendapat para paslon yang lain. Namun untuk paslon nomor urut 2, Chris mempertanyakan bagaimana mungkin waterfront city Kota Kupang dan Makassar tidak sama. Harus dipahami bahwa waterfront city ada empat tipe, yaitu rekreasional, residensial, mix dan konservasi.
Menurut Chris, rekreasional yaitu membangun tempat makan, wisata, watersport, dan lain-lain. Kemudian residensial, yaitu membangun hotel atau vila. Hal ini seperti yang telah dibuat juga di Labuan Bajo.
“Bagaimana bisa tidak sama (antara Kupang dan Makassar). Labuan Bajo juga sudah menjadi waterfront city rekreasional. Maksud saya yang kita bikin adalah waterfront city mix. Bisa rekreasional, bisa residensial. Bisa kita bangun hotel, vila atau kita bangun rumah makan dan sebagainya. Jadi menurut saya waterfront city itu Kupang punya potensi besar,” jelas Chris menanggapi pernyataan Jonas.
Jeriko- Adinda Tunjukkan Bukti
Pasangan calon nomor urut 4, Jeriko- Adinda juga mendapat kesempatan untuk menanggapi jawaban paslon Chris- Serena. Calon wakil wali kota, Lusia Adinda Lebu Raya yang menanggapinya.
Lusia menjelaskan, fakta saat ini hampir semua ruang publik di pesisir pantai telah dimanfaatkan, sehingga terjadi degradasi pantai dan masyarakat tidak bebas mengaksesnya sebagai ruang publik.
“Kalau Tuhan berkenan dan kita terpilih tentu kita akan memperketat aturan pemanfaatan pantai untuk yang berkaitan dengan urusan privat dan bisnis yang tentunya konsisten pada desain tata ruang perkotaan,” tegas Lusia.
Ia juga mengatakan, Jeriko- Adinda tentu tidak menolak investasi, tapi mengajak investor untuk ikut bertanggungjawab terhadap lingkungan sehingga masyarakat bisa tetap menikmati kawasan pesisir pantai.
Calon wali kota, Jeriko menambahkan, yang paling penting adalah nelayan tetap punya akses.
“Pariwisata penting, tapi masyarakat lebih penting,” tegas Jeriko.
Selanjutnya, pada sesi lain dalam debat tersebut, Jeriko juga menjelaskan hotel- hotel, restoran dan berbagai bangunan yang telah menutupi tepi pantai saat ini sudah terbangun sebelum dirinya memimpin Kota Kupang (2017- 2022). Oleh karena itu, saat ia menjadi wali kota, ia tidak lagi mengeluarkan izin untuk pendirian bangunan di tepi pantai.
“Akses ke pantai harus kita buka secara baik. Jangan berikan peluang untuk penutupan akses ke pantai. Akses ke pantai tidak boleh diberikan gampang- gampang. Sebelum kami (memimpin Kota Kupang) sudah tertutup semua. Tetapi saat kami memimpin tidak ada lagi penutupan akses,” jelas Jeriko.
Ia juga mencontohkan, saat menjadi wali kota ada dua destinasi yang dibangun untuk membuka akses ke pantai, yakni penataan Pantai Kelapa Lima (depan Aston) dan Pantai LLBK (Pantai Teddy’s).
“Ini menunjukkan bahwa kami punya komitmen untuk menata kota ini dengan baik. Kita punya komitmen untuk memastikan masyarakat bisa mengakses pantai. Jadi apa yang kami rencanakan, apa yang kami buat, itu sudah sesuai dengan tata ruang, sesuai dengan aturan yang ada,” tegas Jeriko. (bw//***)