KUPANG, BERANDAWARGA.COM—Menyikapi kisruh di tubuh Partai Demokrat menyusul adanya penyelenggaraan kongres luar biasa (KLB) Deli Serdang, Sumatera Utara, DPD Demokrat Nusa Tenggara Timur (NTT) mendatangi Kanwil Kemenkum HAM NTT.
Yang dilakukan DPD Demokrat NTT pada Senin, 8 Maret 2021 adalah menyerahkan dokumen AD/ART partai dan surat keputusan (SK) kepengurusan sesuai hasil kongres Partai Demoktat pada Maret 2020 di bawah kepemimpinan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
Selain itu, melakukan koordinasi terkait kepengurusan Demokrat yang sah di NTT dibawah kepemimpinan Jefri Riwu Kore.
Pengurus Demokrat NTT dibawah kepemimpinan Ketua Umum AHY juga memohon agar Kanwil Kemenkumham NTT menolak pengesahan dan atau pendaftaran berkas apapun yang mengatasnamakan Partai Demokrat hasil KLB Deli Serdang.
“Sebagai mitra terdekat partai politik, kami menyampaikan beberapa hal pada Kemenkumham Perwakilan NTT, terutama mengenai kepengurusan Demokrat yang sah di wilayah NTT,” kata Stefanus Mira Mangngi.
Yunus Bureni, mewakili Kepala Kanwil Kemenkum HAM NTT ketika menerima rombongan DPD Demokrat menyampaikan apresiasi kepada pengurus DPD Demokrat NTT yang telah hadir untuk berdiskusi sekaligus berkonsultasi.
Walaupun sebenarnya permasalahan dualisme kepemimpinan Demokrat, kewenangannya ada di Kementerian Hukum dan HAM pusat.
“Sesuai aturan perundang- undangan harus di lapor ke sana, tetapi kami menerima berkas yang akan diserahkan untuk ditindaklanjuti dan sebagai arsip kami,” papar Yunus.
Ketua DPD Partai Demokrat NTT, Jefri Riwu Kore sebelumnya mengancam akan mempidanakan siapapun peserta KLB asal NTT, baik yang mewakili DPD maupun DPC yang mengatasnamakan DPD maupun DPC.
“Kita pasti akan pidanakan mereka, ini peringatan yang tidak main-main, kami sangat serius,” ancam Jefri.
Pada kesempatan itu ia meminta pemerintah pusat untuk tidak memberikan surat keputusan (SK) kepada kepengurusan KLB illegal, karena KLB tersebut dinilai cacat hukum.
Partai Demokrat masih sangat percaya dengan Presiden Jokowi, mempercayai marwah demokrasi yang dibangun selama sepuluh tahun dan tidak mempercayai segala cara abal-abal yang dipraktekan segelintir orang untuk mencederai demokrasi. (berandawarga.com//jel)