KUPANG, BERANDAWARGA.COM—Sebanyak empat perguruan tinggi di wilayah Kota Kupang dijadikan pilot project oleh Pemerintah Provinsi NTT untuk melakukan pendampingan dalam rangka mengembangkan badan usaha milik desa (BUMDes).
Empat perguruan tinggi dimaksud yakni Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang, Universitas Nusa Cendana (Undana), Universitas Kristen Artha Wacana, dan Universitas Muhammadiyah Kupang.
Kepala Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (PMD) NTT, Viktor Manek mengatakan, untuk tahap pertama, sudah dilakukan penandatanganan dengan Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang menggunakan sistem kuliah kerja nyata (KKN) tematik.
“Untuk tahap pertama, kita bekerjasama dengan empat perguruan tinggi yang dijadikan sebagai uji coba kerja sama pengembangan BUMDes,” kata Viktor di Kupang, Selasa (26/10/2021).
Ia menjelaskan, kerja sama dengan Undana menggunakan konsep enam bulan lamanya. Konsep yang ditawarkan Undana selama enam bulan itu setara dengan 20 sistem kerja semester (SKS).
Dalam konteks dimaksud, setiap fakultas dan jurusan melakukan pendampingan sesuai dengan bidangnya masing- masing. Misalkan, Fakultas Perikanan terlibat dalam pengembangan ikan di Hansisi. Untuk hal ini sedang dirumuskan detail model pendampingan.
“Konsep yang ditawarkan Undana tersebut merupakan implementasi dari merdeka belajar yang dicanangkan pemerintah,” papar Viktor.
Lebih lanjut ia mengungkapkan, pihaknya juag sudah bertemu dengan Rektor Universitas Kristen Artha Wacana Kupang.
Bahkan rektor meminta agar mahasiswanya ditempatkan di desa- desa yang profil BUMDes-nya kurang aktif atau tidak aktif lagi.
Dalam waktu dekat, akan dibangun komunikasi dengan Rektor Universitas Muhammadiyah Kupang.
Pelibatan empat perguruan tinggi dalam kegiatan pendampingan dan pengembangan BUMDes dimaksud sesuai rencana mulai direalisasikan pada tahun 2022 mendatang.
“Diharapkan kerja sama dengan empat perguruan tinggi itu punya dampak terhadap pengembangan BUMDes di NTT,” ujar Viktor.
Pada kesempatan itu ia mengungkapkan, berdasarkan hasil identifikasi yang dilakukan, terdapat 1.316 BUMDes dengan kategori aktif.
Sedangkan sekitar 1.400 BUMDes akan diaktifkan untuk dibentuk di seluruh desa. Pihaknya mendorong agar semua BUMDes dalam mengembangkan usahanya disesuaikan dengan potensi desanya masing- masing sehingga bisa menjadi lembaga yang bagus.
Viktor menambahkan, saat ini pihaknya sedang berusaha agar dua BUMDes terbaik di NTT saat ini mendapat penghargaan dari nasional.
Pemasaran produk yang dilakukan dua BUMDes itu sudah menggunakan sistem digitalisasi.
Kedua BUMDes dimaksud yakni Auwula, Detusoko Barat- Kabupaten Ende yang mengembangkan ekowisata, dan BUMDes 17 Maret, Hadakewa- Kabupaten Lembata yang mengembangkan ikan sardin.(berandawarga.com//jel)