KUPANG, BERANDA-WARGA.COM— Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Kupang Drs Dumuliahi Djami dan Ketua Unit Dharma Wanita, Grace yusuf terlibat dalam bermain congklak, salah satu permainan tradisional rakyat Indonesia.
Permainan ini merupakan salah satu kegiatan yang dilaksanakan dalam rangka meriahrayakan peringatan HUT ke-79 Indonesia lingkup Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Kupang, Jumat (16/8/2024).
Permainan congklak dilakukan dengan cara membagikan batu atau niji ke lubang kecil dan induk, yang hanya dimainkan dua orang saling berhadapan yang di depannya ada papan lubang permainan.
Yang mendapat giliran pertama untuk bermain dapat ditentukan melalui sistem suit. Dan yang mendapat giliran pertama memulai permainan memasukan media batu dan niji tadi ke lubang, dan yang bersangkutan akan berhenti apabila, telah selesai memasukkan batu/niji dalam lubang yang kosong.
Permainan dinyatakan game offer atau selesai saat seluruh batu/niji telah habis dan tidak bisa dibagikan lagi. Pemenang akan ditentukan dengan pemegang batu/niji jumlah terbanyak.
Permainan congklak ini memiliki syarat makna dan nilai yang terkandung di dalamnya. Selain untuk melatih mereka bisa berpikir dan berhitung, juga melatih ketelitian, kesabaran serta konsentrasi saat bermain.
Tak hanya congklak tetapi ada juga permainan tradisional lain seperti, galasin, cikidoka, lompat tali karet dan beberapa jenis permainan tradisional lain. Kegiatan ini melibatkan semua elemen pendidikan di masing- masing sekolah dengan perlombaan.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kota Kupang, Dumuliahi Djami usai terlibat permainan itu mengaku bangga bisa mengangkat kembali guna membiasakan anak- anak untuk beralih kepada permainan tradisional, ketimbang berdiam sendiri dengan permainan game online melalui handphone di dalam kamar. Ketergantungan anak- anak terhadap handphone bisa membawa mereka kepada hal yang tidak diinginkan.
“Kita bisa berbangga kalau permainan tradisional ini diangkat kembali dan dihidupkan masyarakat terutama anak- anak kita, ketimbang harus bermain game online melalui HP yang bisa merusak perkembangan dan jiwa anak itu sendiri, karena pengaruh perkembangan dunia sekarang,” ungkap Dumul.
Sementara itu, Kepala Bidang PNFI, Roos Dethan menyampaikan, permainan congklak selain sebagai media pembelajaran, juga memberi makna tersendiri.
“Apa yang kita lakukan sekarang atau hari ini menentukan apa yang akan terjadi pada masa yang akan datang atau masa depan kita yang terbaca saat kita meletakan niji ke dalam lubang,” papar Roos. (goe//bw)