Kota Kupang Jadi Pilot Project Implementasi Teknologi Wolbachia

oleh -69 views
oleh
Penjabat Wali Kota Kupang, Fahrensy Priestley Funay menandatangani dokumen pelaksanaan pilot project implementasi teknologi wolbachia di Kota Kupang, Selasa (24/10/2023)

KUPANG, BERANDAWARGA.COM— Kota Kupang, Provinsi Nusa Tenggara Timur merupakan kota keempat dari lima kota di Indonesia yang menjadi pilot project implementasi teknologi wolbachia.

Pelaksanaan pilot project implementasi teknologi wolbachia di Kota Kupang telah dilaunching Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin bertempat di Kantor Camat Oebobo, Selasa (24/10/2023). Launching implementasi teknologi wolbachia mengusung tema DOBRAK “Deng Wolbachia Ketong Berantas  Demam Berdarah di Kota Kupang.

Menteri Kesehatan RI, Budi Gunadi Sadikin dalam sambutannya menyampaikan, satu masalah kesehatan yang perlu mendapat penanganan serius adalah dengue yang merupakan virus yang dibawah oleh nyamuk.

Menurutnya strategi yang dipakai dulu yaitu mengurangi nyamuk sulit dan membutuhkan banyak effort serta mahal.

Menjawab persoalan itu, saat ini telah hadir teknologi baru yang diteliti di UGM oleh peneliti Indonesia yang dipilotprojectkan di lima kota, salah satunya Kota Kupang.

“Mudah- mudahan dengan menjadi pilot project dengue ini, penularan penyakit dengue yang lumayan banyak hampir 100.000 lebih di seluruh Indonesia bisa menurun,” ungkap Budi.

Menurutnya, teknologi wolbachia ini akan membuat nyamuk tidak akan menularkan dengue. Hasilnya akan dengan jelas teramati pada saat musim hujan. Sebelumnya, teknologi wolbachia telah diuji coba di Yogyakarta dan beberapa kota besar lainnya dengan tingkat efektivitasnya mencapai 70 persen.

Penjabat Wali Kota Kupang, Fahrensy Priestley Funay menyatakan, Pemerintah Kota Kupang menyambut baik program ini karena akan sangat membantu mengatasi wabah demam berdarah yang masih menjadi masalah kesehatan serius masyarakat Kota Kupang.

Ia menjelaskan, data per September 2023, jumlah kasus DBD di Kota Kupang berada pada angka 187. Angka ini jauh lebih rendah dari kasus pada tahun 2022 yang berada pada angka 455 kasus.

“Ini merupakan pencapaian yang signifikan karena berbagai upaya yang telah dilakukan Pemkot Kupang dalam pencegahan DBD, seperti melalui pemberantasan sarang nyamuk dengan cara 4-M yaitu menutup tempat air, menguras, mengubur, dan menabur abate,serta berbagai cara lainnya.

NTT Dapat Perhatian Istimewa

Penjabat Gubernur NTT, Ayodhia G. L. Kalake mengungkapkan, dengan dipilihnya Kota Kupang sebagai pilot project implementasi teknologi wolbachia menandakan NTT mendapat tempat istimewa dalam perhatian kementerian kesehatan.

Diakuinya, DBD masih menjadi masalah kesehatan yang serius. Semua kabupaten dan kota di NTT masuk dalam kategori endemic DBD dengan hampir setiap tahunnya terjadi kejadian luar biasa.

“Tahun 2002- 2022 terdapat 3.376 kasus dengan insidens rate 61,8 persen per 100.000 penduduk dan 29 kasus kematian dengan case fatality rate 0,9 persen,” terang Ayodhia.

Wakil Ketua Komisi IX DPR RI, Emanuel Melkiades Laka Lena mengatakan, DBD merupakan salah satu masalah lokal dan global yang perlu diselesaikan. Komisi IX DPR RI mendukung berbagai upaya dan kebijakan yang dilakukan kemenkes untuk menanggulangi dan menangani berbagai permasalahan kesehatan termasuk dengue.

“Melalui strategi nasional pengendalian dengue pada tahun 202- 2025, Komisi IX DPR RI juga mendorong kemenkes agar terus membuat implementasi yang bersifat teknis agar mudah dipandu dan dilaksanakan di lapangan serta didukung dengan anggaran pusat dan daerah,” ujar Melki.

Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Kemenkes RI, Maxi Rein Rondonuwu melaporkan, Kota Kupang merupakan kota keempat yang menjadi pilot project implementasi teknologi wolbachia. Kegiatan ini bertujuan untuk memperoleh komitmen bersama antara pempus dan daerah dalam mengendalikan dengue lewat pilot project implementasi wolbachia sebagai inovasi penanggulangan dengue.

Berdasarkan kebutuhan perminggu, untuk satu kecamatan di Kota Kupang diperlukan sebanyak 700.000 telur. Untuk Kota Kupang secara keseluruhan setiap minggunya membutuhkan 2,6 juta telur dengan harapan tingkat keberhasilan mencapai 80 persen.

“Program ini sangat membutuhkan dukungan dari semua pihak, karena suksesnya pilot project ini sangat tergantung dari kordinasi dan kerja sama semua stakeholder,” tandas Maxi.

Launching implementasi teknologi  wolbachia ditandai dengan pemukulan gong oleh Menteri Kesehatan RI, dilanjutkan dengan penyematan rompi dan penyerahan ember bibit wolbachia kepada tujuh kader. Usai launching, Budi dan rombongan berkunjung ke Puskesmas Oepoi  dan RSUP Ben Mboi di Kelurahan Manulai II. (bw//**/oni)