KUPANG, BERANDAWARGA.COM—Terhitung mulai tahun 2022, Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Provinsi NTT membentuk kelompok warga peduli aids (WPA) dan penjangkau di lima desa setiap kecamatan serta lima puskesmas di sekitar RSUD kabupaten untuk melakukan tes VCT.
Sekretaris Eksekutif KPA NTT, dokter Husein Pancratius mengatakan, setiap tahun terjadi kelipatan lima untuk jumlah desa yang membentuk kelompok WPA dan penjangkau. Demikian juga dengan puskemas yang dapat melakukan test VCT.
“Program yang kita lakukan secara bertahap terkait jumlah desa dan puskesmas itu dalam rangka mewujudkan tiga zero sesuai perintah lembaga internasional pada tahun 2030 mendatang,” kata Husein di Kupang, Senin (17/1/2022).
Ia menyebutkan, tiga zero sesuai perintah dunia internasional dimaksud yakni sumber inveksi HIVharus dihentikan, menghentikan laju epidemi HIV/Aids, dan tidak ada orang dengan HIV/Aids (ODHA) pada tahun 2030.
Husein menjelaskan, tugas WPA adalah menekan dan menjangkau kelompok berisiko untuk melakukan pemeriksaan VCT di puskesmas yang telah memiliki fasilitas untuk melayani pemeriksaan.
Bila hasil pemeriksaan di tingkat puskesmas menyatakan ada warga berisiko positif HIV, yang bersangkutan dirujuk ke RSU untuk mendapat pengobatan ARV. Bila yang bersangkutan harus mendapat perawatan lebih lanjut, bisa dirujuk ke rumah sakit rujukan di tingkat provinsi.
“Strategi inilah yang disebut melakukan pelayanan yang komprehensif berkesinambungan, dimana penanggulangan HIV/Aids mulai dari masyarakat dalam hal ini puskesmas (primer), selanjutnya ke RSU kabupaten (sekunder) dan rumah sakit rujukan di tingkat provinsi (tersier),” papar Husein.
Ia mendaku, memang penularan kasus HIV bersifat individualis, tapi meluasnya epidemi kasus yang melemahkan imun tubuh ini tergantung dari besar atau kecilnya orang di suatu wilayah mengingat hubungan seks berisiko masing tinggi di kalangan masyarakat.
Hal ini dapat dibuktikan dari jumlah kondom yang dibagikan. Terhitung sejak Januari hingga Desember 2021, pihaknya telah membagikan 56.000 lebih ke kabupaten/kota se-NTT. Kondom yang dibagikan itu lebih banyak berasal dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI.
“Pembagian kondom ini dimaksudkan untuk menghindari penularan virus HIV bagi mereka yang melakukan hubungan seksual berisiko atau untuk mewujudkan seks sehat,” ungkap Husein.
Ia menambahkan, hubungan seksual menggunakan kondom ini juga untuk mencapai tiga zero sesuai perintah dunia.
Tiga zero dimaksud yakni zero new infection, zero Aids related death, dan zero discrimination. Prinsipnya, sumber infeksi HIV harus dihentikan. Karena bila tidak menghentikan laju epidemi HIV, pada tahun 2030 mendatang mereka akan menjadi orang dengan HIV/Aids.(berandawarga.com//tan)