KUPANG, BERANDAWARGA.COM—Berbagai literatur memperlihatkan, dunia pariwisata erat kaitannya dengan perilaku seksual. Karena itu agar terhindar dari inveksi HIV bagi mereka yang melakukan hubungan seksual berisiko, hendaknya selalu memakai kondom.
Sekretaris Komisi Penanggulangan Aids (KPA) Provinsi NTT, doter Husein Pancratius mengatakan, terhitung sejak Januari hingga Desember 2021, pihaknya telah membagikan 56.000 lebih ke kabupaten/kota se-NTT.
Kondom yang dibagikan itu lebih banyak berasal dari Kementerian Kesehatan (Kemenkes) RI.
“Pembagian kondom ini dimaksudkan untuk menghindari penularan virus HIV bagi mereka yang melakukan hubungan seksual berisiko atau untuk mewujudkan seks sehat,” ungkap Husein di Kupang, Sabtu (18/12/2021).
Menurutnya, hubungan seksual menggunakan kondom ini juga untuk mencapai tiga zero sesuai perintah dunia.Tiga zero dimaksud yakni zero new infection, zero Aids related death, dan zero discrimination.
Prinsipnya, sumber infeksi HIV harus dihentikan. Karena bila tidak menghentikan laju epidemi HIV, pada tahun 2030 mendatang mereka akan menjadi orang dengan HIV/Aids (ODHA).
“Walau penularan HIV bersifat individualis, tapi meluasnya epidemi yang melemahkan imun tubuh itu sangat bergantung pada banyak atau sedikitnya orang dengan HIV ada di suatu wilayah, mengingat hubungan seks berisiko masing tinggi di kalangan masyarakat,” papar Husein.
Ia menyampaikan, untuk mewujudkan tiga zero pada tahun 2030, aspek yang harus dilakukan adalah menemukan sebanyak mungkin terutama yang sering melakukan hubungan seksual berisiko untuk memeriksakan diri di pusat pelayanan VCT.
Jika ditemukan ada yang terinfeksi HIV, akan diberikan obat ARV. Obat dimaksud harus dimakan selama hidupnya agar tidak meningkat hingga Aids.
“Mekanisme kerja seperti ini harus dilakukan secara keroyokan terutama melalui kader pembangunan kesehatan masyarakat desa, dalam hal ini warga peduli Aids (WPA),”ujar Husein.
Lebih lanjut ia mengatakan, jika orang yang terifeksi HIV rutin makanobat ARV, maka dapat dipastikan penularan dapat ditekan, dan kematian dapat diminimalisasi.
Karena itu masyarakat diminta untuk jangan takut melakukan test VCT, karena sangat berguna untuk mengetahui status.
Hanya dengan mengetahui status, yang bersangkutan menyelamatkan pasangan hidupnya agar terhindar dari inveksi HIV dan keturunan pun bisa terbebas dari virus dimaksud karena mendapat pendampingan dan pengobatan yang rutin.
Ia mengungkapkan, jumlah kasus HIV/Aids di NTT pada pertengahan tahun 2021 sebanyak 259 kasus yang terdiri dari HIV 169 kasus dan Aids 90 kasus.
Sedangkan pada tahun 2020, terdapat 393 kasus HIV dan 122 kasus Aids. Dari total kasus yang terjadi pada periode Januari hingga Juli 2021, jumlah kasus tertinggi terjadi pada usia produktif yakni usia 25- 49 tahun atau 67 persen.
Sedangkan usia 20- 24 tahun sebanyak 17 persen, disusul usia di atas 50 tahun dengan enam persen. Sementara itu usia15- 19 tahun dan satu sampai 14 tahun masing- masing sebesar lima persen, sedangkan tidak ada kasus untuk usia di bawah satu tahun.
“Bila dilihat berdasarkan jenis kelamin, lebih didominasi kelompok laki- laki dengan 56 persen sedangkan perempuan 44 persen,” sebut Husein.
Lebih lanjut ia menyampaikan, bila dilihat berdasarkan jenis pekerjaan, maka lebih banyak didominasi para nelayan dengan 38 kasus, disusul penjahit 36 kasus, lain- lain pekerjaan 31 kasus, dan wiraswasta atau swasta sebanyak 10 kasus.
Ibu rumah tangga (IRT) sebanyak enam kasus dan tenaga kesehatan lima kasus. Sementara itu, petani dan ojek masing- masing terdapat dua kasus. (berandawarga.com//tan)