KUPANG, BERANDA-WARGA.COM— Ada yang menarik dalam sesi debat publik pertama calon gubernur dan wakil gubernur NTT periode 2024- 2029 pada Rabu, 23 Oktober 2024 di Milenium Ballroom Kupang. Debat bertajuk, “Transformasi dan Inovasi Pelayanan Publik Bagi Penyelesaian Daerah di Nusa Tenggara Timur” dihelat KPU Provinsi NTT dipandu Cikal Mutazam dan Nadya Valerie ini disiarkan langsung INews TV.
Pada sesi pertanyaan dari calon Gubernur NTT nomor urut tiga, Simon Petrus Kamlasi (SPK) kepada calon gubernur nomor urut dua, Melki Laka Lena, bergulir pertanyaan tentang upaya untuk memastikan bendungan yang telah dibangun pemerintah pusat tak mubazir.
“Salah satu masalah yang dialami adalah akses masyarakat terhadap pelayanan air bersih dan air untuk pertanian belum merata. Bagaimana model inovasi pelayanan publik untuk meningkatkan akses masyarakat terhadap air bersih dan air untuk pertanian secara merata?” tanya SPK kepada Melki.
Pertanyaan yang dilontarkan SPK, prajurit TNI yang telah bekerja menuntaskan masalah air sejak 2013 (11 tahun silam) saat masih menjabat sebagai Kapaldam Jaya di Pangdam Jaya hingga sebagai Staf Ahli KASAD Bidang Lingkungan Hidup dan masih berpangkat Kolonel CPL dan meraih pangkat Brigadir Jenderal (Brigjen) TNI ini pun dijawab Melki.
“Kita bersyukur cukup memiliki banyak bendungan dan waduk. Problem mendasar air di NTT yakni memastikan air dari waduk atau bendungan sampai kepada masyarakat yang membutuhkan. Kita masih kalah pada sistem pengairan atau irigasi,” jawab Melki.
Pria yang terpilih kembali menjadi anggota DPR RI dapil NTT 2, namun undur diri untuk maju perhelatan Pilgub NTT ini pun menekankan, terkait mengambil air dari sumber mana pun, maka harus berterimakasih kepada SPK.
“Saya berterimakasih kepada Pak Simon Kamlasi dan teman-teman dari TNI. Dan ini merupakan program pemerintah pusat,” ucap Melki.
SPK Urus Air Sejak Tahun 2013
Simon Petrus Kamlasi menegaskan, masalah air bersih bukan sesuatu hal yang sulit untuk diselesaikan, karena dirinya telah memiliki program itu dan sukses dilakukan.
Pria yang menciptakan pompa hidram dengan sistem tekanan air ini menegaskan, salah satu cara untuk mengatasi air bersih dengan cara infus. Dimana pipa- pipa induk yang ada dimanfaatkan dengan cara menyuplai air dari sumur dengan sistem infus. Sistem infus ini akan dipasang pipa- pipa dalam ukuran kecil yang disambungkan langsung pada pipa induk dengan memanfaatkan sumur- sumur milik warga.
Terkait dengan penyaluran atau pemenuhan air bersih dengan cara infus, kata SPK, biaya yang digunakan tidaklah begitu mahal dan caranya pun sederhana yakni menggunakan energi matahari. Pasokan energi matahari digunakan untuk menyalurkan air melalui cara infus tanpa mengeluarkan biaya yang mahal.
“Masalah air bersih jangan ragu itu masalah sederhana bagi saya karena bukan mau maju sebagai calon gubernur NTT baru lakukan itu. Namun saya sudah lakukan sejak tahun 2013 lalu dan kini sudah ada 400 titik yang berfungsi di Pulau Timor dan Flores dan telah dinikmati masyarakat,” tegas SPK pada sebuah pertemuan dengan masyarakat NTT.
Support Sang Istri Tercinta
Esther Meilany Siregar, istri tercinta dari SPK turut mendukung atau memberikan support atas kerja dan karya mengalirkan air kepada masyarakat NTT.
Ester Siregar berjuang bersama SPK sejak tahun 2014 membantu masyarakat mendekatkan air ke pemukiman mereka. Sang istri tercinta setia mendampingi bekerja dan melakukannya hingga pekerjaan air ini dilirik TNI AD dan dijadikan sebagai program “TNI AD Manunggal Air”. Bahkan, Esther Siregar juga mengungkapkan bahwa Prabowo Subianto sendiri menghubungi SPK untuk membantu air di rumahnya di Hambalang.
“Cita-cita kami bersama ingin membantu masyarakat di pedesaan terutama dalam hal pengadaan air bersih dan air untuk pertanian, tidak ada cara lain untuk mendukung cita-cita bersama ini untuk lebih luas lagi jangkauannya, selain SPK turun langsung dan menjadi Gubernur NTT. Tapi biarlah itu menjadi kehendak Tuhan semata, bukan kehendak kami. Kami jalani hidup ini bagaikan air yang mengalir,” tulisnya pada laman Facebook Esther Meilany Kamlasi- Siregar.
Pecahkan Masalah Air di Gunung Kidul Yogyakarta
Simon Petrus Kamlasi semasa aktif di TNI AD memecahkan masalah air di Gunung Kidul Jogjakarta. Ia menceritakan tentang kondisi tanah yang kering, tandus, berbatu, gersang dan banyaknya sungai bawah tanah seperti umumnya tanah karst, membuat sulitnya pasokan air, pertanian di Gunung Kidul pun tidak berjalan optimal.
“Pertanian lebih banyak mengandalkan pengairan dari air hujan (sawah tadah hujan) yang sangat tergantung pada musim, dan kurangnya air bersih”, ujar SPK.
Ia menuturkan, selama ini upaya dari pemerintah setempat dalam meminimalkan krisis air adalah dengan mendistribusikan air dari sumber air Kali Puring (tempat satu-satunya sumber air yang dimanfaatkan dan didistribusikan, sebelum ditemukannya sumber air baru yang lebih besar di Goa Pulejajar) menggunakan mobil tanki ke penduduk.
“Namun pasokan air dari mobil tanki tersebut sering terhambat, apalagi di musim kemarau, karena sumber air Kali Puring semakin kecil debit airnya saat musim kemarau,” ungkap SPK.
Dengan pemanfaatan sumber air baru yang debit airnya jauh lebih besar dari sumber air Goa Pulejajar melalui pengangkatan air ke permukaan dan dialirkan ke masyarakat, bisa membantu warga dalam memenuhi kebutuhan air, baik kebutuhan air bersih untuk kehidupan sehari-hari, maupun untuk kebutuhan pengairan pertanian yang semula 90 persen persawahan mengandalkan air di musim hujan menjadi pertanian sepanjang waktu, digunakan untuk peternakan, dan budidaya ikan air tawar.
Pada 14 September 2018, dengan dukungan dari Kasum Letjen TNI Joni Supriyanto yang juga merupakan putra daerah asli Gunung Kidul, inisiator Gerakan SUCI (Semangat Untuk Cinta Indonesia) yang sangat peduli terhadap tanah kelahirannya, mengutus Kapaldam Jaya Kolonel CPL Simon P. Kamlasi untuk mensupervisi dan turun langsung ke dalam perut bumi untuk mengeksplorasi sungai bawah tanah yang berada di Goa Pulejajar bersama dengan para pemuda sekitar yang tergabung dalam Komunitas Merangkul Bumi (Kombi) dan tim dari Kodim 0730/Gunung Kidul, Yogyakarta.
Dari hasil eksplorasi yang dilakukan, ditemukan fakta bahwa sumber air utama yang ditemukan di Goa Pulejajar berjarak sekitar 1.300 meter dari mulut goa dengan kedalaman 19 meter.
Beberapa kebutuhan mendesak adalah ketersediaan pipa dengan kapasitas besar, juga pompa untuk mengangkat dan mengalirkan air dengan debit yang lebih besar hingga lebih dekat dan mudah diakses penduduk sekitar.
Kebutuhan pipa dan sarananya hingga air bisa dinikmati penduduk merupakan sumbangan langsung dari Kasum TNI Letjen Joni Supriyanto. (bw//***)