KUPANG, BERANDA-WARGA.COM— Panitia pesta pelindung Kepala Santu Agustinus Belo, Paroki Santo Fransiskus Fransiskus dari Asissi Kolhua, Keuskupan Agung Kupang menggelar lomba tarian Lufut Timor antar anak- anak sekami (Serikat Kepausan Anak- anak dan Remaja Misioner).
Ketua Panitia Pesta Pelindung Kapela St Agustinus, Kaytanus Korbafo di sela-sela kegiatan lomba mengatakan, ada sejumlah kegiatan dalam rangka memperingati pesta pelindung Santo Agustinus pada 28 Agustus.
“Puncak acaranya diisi dengan ziarah ke makam perintis Kapela St Agustinus Bello, dan lomba tarian Lufut antar anak-anak sekami. Seluruh rangkaian kegiatan ditutup dengan perayaan syukur yang dirangkai dengan pembukaan Bulan Kitab Nasional pada Minggu, 01 September 2024 di Kapela St Agustinus Bello,” kata Korbafo.
Ia menjelaskan, tarian Lufut Timor merupakan budaya orang Timor warisan para leluhur yang mesti terus dilestarian terutama di tengah perkembangan dunia saat ini agar jangan sampai punah.
“Di momen ulang tahun pesta pelindung Kapela Santo Agustinus, panitia merasa perlu agar tarian Lufut Timor sebagai tradisi orang Timor terus dilestarian terutama dikalangan anak- anak. Di tengah perkembangan dunia dengan segala ilmu dan teknologi yang begitu pesat, kita harapkan agar tradisi leluhur ini tidak punah,” ujar Korbafo.
Sementara itu di tempat yang sama, Pastor Paroki Santo Fransiskus Asissi Kolhua, RD Dus Bone menyatakan sangat senang, gembira dan terhibur dengan keaktifan umat terutama anak- anak sekami dalam momen pesta pelindung tersebut.
“Terimakasih banyak kepada umatku sekalian terutama anak- anak sekami atas keterlibatan dalam momen ini,” ujar RD Bone penuh semangat.
Kegiatan lomba tarian Lufut diikuti 11 tim utusan dari masing- masing Kelompok Umat Basis (KUB).
Salah satu umat Kapela St Agustinus Bello sekaligus tokoh masyarakat Kelurahan Bello, Goris Takene mengatakan, makna tarian Lufut bagi masyarakat Timor pada umumnya adalah mengisyaratkan kebersamaan maupun kekompakan masyarakat Timor dalam suatu kegiatan bersama. Seperti membangun rumah maupun membuka ladang baru untuk dijadikan kebun di zaman dahulu. Tarian ini perlu dilestarikan, apalagi tarian ini pada tahun 2023 telah tercatat dalam Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI)
“Saya sepakat untuk dilestarikan mengingat Lufut sudah tercatat di MURI sebagai budaya leluhur orang Timor yang mengisyaratkan kebersamaan, kekompakan dalam menyelesaikan suatu pekerjaan seperti membangun rumah dan membuka kebun baru secara bersama- sama,” ujar Takene.(goe/bw)