Pohon ada darah, ada daging, ada tulang, ada rambut. Maka ketika orang menebas, berarti hidup pohonnya akan habis. Ketika alam rusak, perempuan tidak akan tinggal diam karena perempuan yang paling rentan terhadap dampak perubahan iklim. Tidak bisa lagi menyediakan kebutuhan hidup.
“Jadi kita perlu lebih mencintai lingkungan, mengelola alam secara arif dan bijaksana, sekaligus mengingat sosok ibu dengan memastikan keterlibatan perempuan dalam setiap aksi dan program kita,” tandas Aleta.
Anak Muda Pelopor dan Penggerak
Sementara itu, Yurgen Nubatonis menyatakan, suara anak muda selalu menjadi titik tekan dalam setiap perubahan di tingkat global dan nasional. Dalam banyak momentum penting bangsa Indonesia, anak muda selalu ada sebagai pelopor dan penggerak. Transformasi Indonesia pada pembangunan berkelanjutan akan sangat bergantung pada anak muda.
“Sudah saatnya cerita dan inisiatif pergerakan anak muda di NTT untuk perubahan iklim dapat dikonsumsi oleh rekan- rekannya di regional lain, lewat kemasan yang menggugah emosi, seperti musik, lagu, film, pameran produk kreatif foto, tenun, dan kuliner. PRF memiliki semuanya. Kita undang semua orang NTT untuk berpesta,”papar Yurgen.
Menurutnya, acara ini dikemas secara kreatif dan inovatif supaya menarik anak muda. Kegiatan yang dilaksanakan dalam dua hari memang waktu yang singkat. Meski demikian, pihaknya ingin memulai langkah kecil untuk perubahan masif. PRF bertema Adil untuk Bumi. Seminimal mungkin tidak menghasilkan sampah. Desainnya sengaja dibuat bisa dipakai lagi dan lebih hemat listrik.