Laiskodat menambahkan, pemerintah provinsi tetap berkoordinasi dengan semua pihak untuk terus memantau perkembangan, bila sewaktu-waktu terjadi gempa susulan.
“Jika hal itu terjadi, masyarakat diimbau untuk bergerak cepat menuju titik kumpul aman yang telah ditentukan,” ungkap Laiskodat.
Masyarakat Pulau Flores terutama yang ada di wilayah Utara pulau itu memilih untuk mengungsi ke dataran lebih tinggi karena peristiwa tsunami 19 tahun silam, yakni 12 Desember 1992 dengan kekuatan 6,8 skala reachter (SR) masih membekas dalam ingatan.
Petrus, salah seorang seorang warga Kota Maumere, Kabupaten Sikka mengatakan, dirinya bersama keluarga dan para tetangga yang tinggal di dekat pantai terpaksa mengungsi di salah satu kapela yang letaknya jauh dari laut. Langkah ini diambil karena mereka masih trauma dengan peristiwa tsunami 12 Desember 1992, apalagi gempa susulan masih saja terjadi.
“Air laut sempat surut tidak normal beberapa kali tapi tidak berlangsung lama. Karena itu kami terpaksa mengungsi untuk mengantisipasi kalau saja terjadi tsunami,” kata Petrus.
Data resmi dari BMKG menyebutkan, pada Selasa, 14 Desember 2021, pukul 11.20.23 Wita, wilayah Laut Flores diguncang gempa tektonik. Hasil analisis BMKG menunjukkan gempa bumi ini memiliki parameter update dengan magnitudo M=7,4. Episenter gempa bumi terletak pada koordinat 7,59 LS dan 122,24 BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 112 km arah Barat Laut Kota Larantuka, Kabupaten Flores Timur pada kedalaman 10 km.