KUPANG, BERANDAWARGA.COM—Badan Meteorologi,Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyatakan potensi tsunami dari gempa berkekuatan 7,4 magnitudo (M=7,4) yang mengguncang Pulau Flores dan sekitarnya telah berakhir.
Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat kepada wartawan di Kupang, Selasa (14/12/2021) menyatakan, walau BMKG telah menyatakan potensi tsunami telah berakhir tapi masyarakat diimbau untuk tetap tenang dan selalu bersikap waspada.
“Jangan panik dengan gempa berkekuatan M=7,4 dan gempa susulannya. Masyarakat dapat kembali ke rumah masing-masing untuk mengecek kondisi rumah apakah ada yang rusak berat akibat gempa tadi,” imbau Laiskodat.
Menyikapi peristiwa gempa tersebut, pihaknya telah berkoordinasi dengan seluruh bupati, forum komunikasi pimpinan daerah (Forkopimda) termasuk Kapolda NTT dan Danrem 161/Wira Sakti Kupang untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan.
“Kita tetap memantau situasi dan perkembangan. Sampai saat ini belum ada laporan kepada provinsi terkait adanya korban jiwa dan kerusakan bangunan,” papar Laiskodat.
Ia kembali menyatakan, walau BMKG telah menyampaikan bahwa potensi tsunami telah berakhir, namun dirinya meminta warga untuk tetap waspada, terutama warga masyarakat yang ada di pulau Flores, Lembata dan sekitarnya.
Laiskodat menambahkan, pemerintah provinsi tetap berkoordinasi dengan semua pihak untuk terus memantau perkembangan, bila sewaktu-waktu terjadi gempa susulan.
“Jika hal itu terjadi, masyarakat diimbau untuk bergerak cepat menuju titik kumpul aman yang telah ditentukan,” ungkap Laiskodat.
Masyarakat Pulau Flores terutama yang ada di wilayah Utara pulau itu memilih untuk mengungsi ke dataran lebih tinggi karena peristiwa tsunami 19 tahun silam, yakni 12 Desember 1992 dengan kekuatan 6,8 skala reachter (SR) masih membekas dalam ingatan.
Petrus, salah seorang seorang warga Kota Maumere, Kabupaten Sikka mengatakan, dirinya bersama keluarga dan para tetangga yang tinggal di dekat pantai terpaksa mengungsi di salah satu kapela yang letaknya jauh dari laut. Langkah ini diambil karena mereka masih trauma dengan peristiwa tsunami 12 Desember 1992, apalagi gempa susulan masih saja terjadi.
“Air laut sempat surut tidak normal beberapa kali tapi tidak berlangsung lama. Karena itu kami terpaksa mengungsi untuk mengantisipasi kalau saja terjadi tsunami,” kata Petrus.
Data resmi dari BMKG menyebutkan, pada Selasa, 14 Desember 2021, pukul 11.20.23 Wita, wilayah Laut Flores diguncang gempa tektonik. Hasil analisis BMKG menunjukkan gempa bumi ini memiliki parameter update dengan magnitudo M=7,4. Episenter gempa bumi terletak pada koordinat 7,59 LS dan 122,24 BT, atau tepatnya berlokasi di laut pada jarak 112 km arah Barat Laut Kota Larantuka, Kabupaten Flores Timur pada kedalaman 10 km.
Dengan memperhatikan lokasi episenter dan kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi merupakan jenis gempa bumi dangkal akibat adanya aktivitas sesar aktif di Laut Flores.
Hasil analisa mekanisme sumber menunjukkan, gempa bumi memiliki mekanisme pergerakan geser. Dan hingga pukul 12.40 Wita, hasil monitoring BMKG menunjukkan adanya 15 aktivitas gempa bumi susulan dengan maksimum M=5,6. (berandawarga.com//**/red)