KUPANG, BERANDAWARGA.COM— Unit Pelaksana Teknis (UPT) Puskesmas Penfui, Kecamatan Maulafa menerapkan dua model pelayanan, yakni pelayanan di dalam dan di luar gedung.
Kepala UPT Puskesmas Penfui, drg. Hariyono menyebutkan, pelayanan dalam gedung mencakup pelayanan kesehatan terhadap orang- orang sakit maupun orang sehat yang mendatangi puskesmas terkait administrasi dan sebagainya. Sedangkan pelayanan di luar gedung menyangkut usaha kesehatan berbasisi masyarakat (UKBM).
Lebih lanjut ia mengatakan, kegiatan pelayanan yang ada di dalam gedung seperti pemeriksaan kesehatan umum, pelayanan imunisasi, pelayanan farmasi, pelayanan kesehatan remaja, dan pelayanan-pelayanan terhadap kunjungan pasien yang mengalami sakit.
“Jadi kami memiliki beberapa poli minimal menjadi rujutan bagi masyarakat untuk mendapat pelayanan. Kami miliki poli umum, poli laboratorium, poli anak, poli ITDS, ITDM, poli KIA, dan poli KB, serta ada tempat pendaftaran sebagai awal mula pasien datang ke Puskesmas Penfui,”papar Hariyono.
Sementara itu kegiatan- kegiatan di luar gedung seperti posyandu rutin bulanan, baik terhadap mereka yang sakit maupun balita yang sehat, ada posyandu lansia dan poswindu. Untuk pelayanan di luar gedung, setiap hari beberapa staf sesuai jadwalnya turun ke lapangan untuk melakukan pelayanan terhadap masyarakat.
“Pelayanan tersebut bisa melalui Posyandu yang tersebar di tiga kelurahan yakni Kelurahan Naimata, Penfui dan Maulafa. Kedua pelayanan ini rutin kami lakukan sesuai standar akreditasi puskesmas,” terang Hariyono.
Pada kesempatan itu ia menyampaikan, untuk penanganan stunting, salah satu strategi yang sedang diupayakan adalah mencari orang tua asuh bagi bayi penderita stunting dan ibu hamil yang energinya kurang atau stamina gizinya tidak ada.
“Kami sudah rembuk lintas sektor yakni dengan pihak kecamatan dan kelurahan untuk mencari semacam donatur yang mau menjadi orang tua asuh bagi bayi penderita stunting,” kata Hariyono.
Ia mengungkapkan, sesuai informasi yang diperoleh dari lurah, sudah ada orang yang mau menjadi orang tua asuh. Namun pihaknya belum dapat MoU terkait hal itu. Mungkin itu antara lurah dengan pihak yang bersangkutan.
“Yang penting saya sudah sampaikan data yang dibutuhkan di masing-masing kelurahan terkait stunting,” tandas Hariyono.
Ia menyatakan, meski belum terlalu banyak orang tua asuh yang didapatkan, namun ia bersyukur karena sudah ada orang yang ikhlas untuk mau menjadi orang tua asuh bagi bayi penderita stunting. Diharapkan penyelesaian persoalan stunting ini bisa menjadi perhatian bersama semua elemen masyarakat sehingga target untuk menekan angka stunting serendah mungkin bisa terwujud.
Hariyono menambahkan, masalah stunting ini tidak bisa diserahkan kepada satu pihak saja atau kepada pemerintah saja. Karena dari sisi anggaran, misalnya, dana pemerintah juga terbatas.
“Kita butuh kerja sama berbagai pihak, khususnya dari pihak swasta. Kita berharap dengan adanya upaya untuk menemukan orang tua asuh, banyak pihak yang akan memberi kontribusi untuk pemberantasan stunting,” papar Hariyono.(berandawarga.com//**/red)