MAUMERE, BERANDA-WARGA.COM— Calon Gubernur nomor urut 3, Simon Petrus Kamlasi (SPK) menyatakan, dirinya memiliki strategi strategi ampuh untuk menuntaskan kemiskinan di NTT, salah satunya melalui program pertanian berbasis teknologi.
Menurutnya, program pertanian berbasis teknologi diyakini dapat meningkatkan hasil pertanian.
Sebagai calon Gubernur NTT, SPK telah memiliki cara yang ampuh untuk menuntaskan kemiskinan di NTT. Salah satunya melalui Program pertanian berbasis teknologi yang diyakini mampu menuntaskan masalah kemiskinan di NTT.
“Saya sudah memiliki program dan akan saya jalankan nanti. Jadi, untuk mengatasi masalah kemiskinan yang sudah mendarah daging di NTT salah satunya adalah pertanian berbasis teknologi,” jelas SPK saat kampaye terbatas di Desa Egon Gahar, Kecamatan Mapitara, Kabupaten Sikka, Sabtu (12/10/2024).
Melalui program pertanian berbasis teknologi, SPK menegaskan akan menghidupkan kembali area pertanian yang sudah lama ‘tidur’.
SPK menjelaskan, program pertanian berbasis teknologi ini akan mampu menghadirkan industri-industi baru yang dapat menyerap tenaga kerja hingga ribuan orang terutama kaum milenial.
Ia mencontohkan, di Kabupaten Lembata, Pulau Adonara di Kabupaten Flores Timur hingga Kabupaten Sikka memiliki hasil alam yang sangat luar biasa, salah satunya kelapa.
Dari kelapa, dapat melahirkan industri di wilayah tersebut yang dapat memproduksi minyak yang diolah dari kopra.
“Kita bisa membuat mesin yang bisa memproduksi minyak dari kopra. Nah, dari dari situ industri minyak akan didirikan di wilayah penghasil kelapa. Karena sudah ada industrinya, akan menyerap ratusan hingga ribuan tenaga kerja,” jelas SPK.
Terkait dengan lahan tidur yang belum dimanfaatkan secara baik, SPK menyampaikan, akan dihidupkan kembali dengan program air yang sudah dicanangkan selama ini.
Dengan air, pertanian di NTT akan memiliki daya saing yang sangat luar biasa. Pasalnya, sesuai dengan rencananya, petani akan melakukan panen sebanyak dua kali dalam setahun dengan hasil yang berlimpah.
“Jika luas lahan 60 hektar, hasil panennya mencapai ribuan ton. Dari jagung yang tidak menjadi uang hanyalah akarnya sedangkan daun dan batang akan diolah menjadi pakan ternak,” papar SPK.
Untuk itu, program pengembangan pertanian berbasis teknologi yang akan dilakukan dipastikan akan memutus mata rantai kemiskinan di NTT.
“Jujur saya sakit hati juga kalau dibilang NTT miskin padahal kita NTT kaya akan hasilnya. Bahan mentahnya ada tinggal kita olah saja. Sehingga, saya pastikan jika itu terjadi maka industri penghasil pakan ternak di NTT akan dibangun tanpa harus menunggu pakan ternak dati Surabaya,” tutup SPK. (bw//***)