KUPANG, BERANDA-WARGA.COM— Pemerintah Kota Kupang melalui Dinas Kesehatan melanjutkan penerapan teknologi nyamuk wolbachia karena penerapan tahap pertama di Kecamatan Oebobo berhasil menurunkan kasus demam berdarah dengue (DBD).
Kepala Dinas Kesehatan Kota Kupang, Retnowati belum lama berselang menjelaskan, penerapan teknologi nyamuk wolbachia berhasil menurunkan kasus DBD di Kota Kupang dari 46 kasus menjadi 15 kasus di tahun 2024.
“Kasus DBD di Kota Kupang pada Januari 2024 tercatat 15 kasus atau menurun 31 kasus dari tahun sebelumnya berjumlah 46 kasus,” kata Retnowati.
Ia menjelaskan, kasus DBD biasanya terjadi dan terbanyak di Kecamatan Oebobo. Namun, pihaknya telah melakukan pengamatan hingga saat ini kasus DBD di wilayah ini dapat menurun drastis.
Penurunan kasus DBD itu dipengaruhi oleh penerapan teknologi nyamuk wolbachia di Kecamatan Oebobo dengan menyasar semua wilayah dari kelurahan hingga kecamatan.
“Dengan penerapan teknologi nyamuk wolbachia ini, kita juga menyasar di semua wilayah kelurahan maupun kecamatan di Kota Kupang,” ujar Retnowati.
Menurutnya, penurunan kasus DBD ini terjadi sebanyak 66 persen jika dibandingkan dengan persentase tahun sebelumnya. Demikian juga pasien yang rawat inap di rumah sakit menurun dengan jumlah dua hingga tiga pasien.
“Dari hasil penerapan teknologi nyamuk wolbachia ini, kasus DBD bisa diturunkan,” ujar Retnowati.
Ia menyampaikan, di tahun 2024 ini penerapan teknologi nyamuk wolbachia akan dilanjutkan di dua lokasi, yakni Kecamatan Maulafa dan Kecamatan Kelapa Lima. Pertimbangannya, di dua kecamatan tersebut memiliki jumlah kasus DBD yang cukup tinggi.
“Dengan teknologi nyamuk wolbachia, kita akan terus mengevaluasi yang tujuannya agar mencapai hasil yang diharapkan,” ujar Retnowati.
Pada kesempatan itu ia menjelaskan, upaya- upaya lain untuk membasmi nyamuk DBD adalah dengan melakukan fogging dan penaburan larvasida yang disesuaikan dengan kebutuhan. Misalnya, fogging yang biasanya dilakukan 75 kali dalam setahun, kini baru tiga lokus di area yang difogging terkait kasus DBD.
Retnowati mengimbau kepada masyarakat agar tetap melakukan upaya pemberantasan sarang nyamuk di setiap lingkungan seperti menguras dan menutup tempat penampungan air, mengubur barang bekas (3M Plus) serta menabur bubuk larvasida di tempat penampungan air.
Untuk ditahui, Pemkot Kupang gencar melakukan upaya pencegahan DBD dengan menerapkan teknologi wolbachia. Teknologi tersebut digunakan Pemkot Kupang melalui Dinas Kehatan Kota Kupang sejak tahun 2023.
Bakteri Wolbachia Lumpuhkan Bakteri Dengue
Informasi yang dihimpun media ini dari laman resmi Dinas Kesehatan Kota Kupang, Selasa, 22 November 2024, penerapan teknologi tersebut merupakan bagian dari Program Kementerian Kesehatan RI. Metode ini diyakini dapat melumpuhkan bakteri dengue pada nyamuk aedes aegypti sehingga dapat mencegah penularan kasus DBD. Wolbachia dapat tumbuh alami di serangga terutama nyamuk.
Bakteri wolbachia dapat melumpuhkan virus dengue yang ada pada nyamuk aedes aegypti sehingga tidak akan menular ke manusia. Dalam program ini, bakteri wolbachia dimasukan ke telur nyamuk aedes aegypti agar tidak menularkan virus dengue.
Langkah selanjutnya untuk penanganan DBD, Kemenkes RI menyebarkan ember berisi telur nyamuk yang sudah ada bakteri wolbachia ke warga setempat di Kota Kupang.
Menurut informasi tim media ini, Kecamatan Oebobo merupakan area percontohan implementasi wolbachia. Alasannya, karena angka kesakitan DBD paling tinggi di Kota Kupang dan merupakan area dengan tingkat kepadatan penduduk paling tinggi.
Pemeliharaan telur nyamuk dilakukan oleh warga selama dua minggu hingga menetas. Selain telur nyamuk, warga juga dibagikan pakan wolbachia.
Telur-telur nyamuk wolbachia itu didistribusikan dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta yang diternakan oleh program studi Entomologi, Fakultas Biologi.
Kebutuhan per minggu khususnya untuk Kecamatan Oebobo sebanyak 700.000 telur. Kemudian untuk Kota Kupang keseluruhan tiap minggu butuh 2,6 juta telur nyamuk wolbachia.
Diharapkan dalam satu tahun jumlah populasi nyamuk berwolbachia sudah sampai 80 persen dari populasi nyamuk aedes aegypti.
Menkes Budi mengatakan teknologi Wolbachia ini merupakan hasil penelitian UGM dan dipakai antara lain oleh Brasil, Vietnam, dan Australia.
“Kita melihat ini (wolbachia) bagus, makanya kita lakukan pilot project di empat kabupaten/kota, dan Kupang salah satunya,” ujar Budi.
Edukasi ke masyarakat sangat dibutuhkan. Implementasi wolbachia ini bukan dengan mengurangi jumlah nyamuk tapi memperbanyak nyamuk yang mengandung bakteri wolbachia.
“Mudah-mudahan dengan pilot project ini penularan dengue yang lumayan banyak bisa menurun,” ucap Budi.
Dirjen Pencegahan dan Penanggulangan Penyakit Kemenkes, dr. Maxi Rein Rondonuwu menjelaskan, tujuan pelaksanaan launching ini adalah diperolehnya komitmen bersama antara pemerintah pusat dan daerah dalam pengendalian dengue di Indonesia, khususnya di Kota Kupang dalam mensukseskan pilot project implementasi wolbachia sebagai inovasi penanggulangan dengue.
“Seluruh instansi terkait baik pusat maupun daerah harus berkomitmen dalam mengimplementasikan wolbachia,” ucap Maxi.
Penandatanganan komitmen implementasi Wolbachia ini dilakukan oleh Dirjen Maxi dan mantan Pejabat (Pj) Wali Kota Kupang, Fahrensy P. Funay.
Fahrensy saat itu menjelaskan, Pemerintah Kota Kupang menyambut baik program wolbachia ini. Pada September 2023 tercatat 187 kasus DBD dengan dua kematian di Kota Kupang. Tahun 2022 jumlah kasus DBD dilaporkan sebanyak 445 kasus.
DBD masih menjadi masalah kesehatan setiap tahunnya dikarenakan jumlah kasus yang besar dengan angka kematian yang tinggi.
“Pemerintah Kota Kupang berupaya kuat melakukan langkah- langkah mengatasi DBD. Kami dukung penuh program wolbachia ini,” ungkap Fahrensy. (bw//***)