Uskup Hironimus Bangkitkan Sikap Katekis untuk Hayati Pertobatan Sejati

oleh -55 views
oleh

KUPANG, BERANDA-WARGA.COM— Uskup Agung Kupang, Mgr. Hironimus Pakaenoni membangkitkan sikap para katekis untuk menghayati sikap metanoia atau pertobatan sejati, sebagai dasar kekuatan untuk menepis aneka godaan dan tawaran dunia.

Demikian salah satu poin yang disampaikan Uskup Hironimus saat memberi rekoleksi adven kepada para katekis Keuskupan Agung Kupang di Gereja St. Yoseph Pekerja Penfui Kupang, Jumat (13/12/2024).

Rekoleksi yang digagas Komisi Kateketik Keuskupan Agung Kupang ini mengusung tema ‘Padang Gurun dan Pertobatan.’
Katekis yang mengikuti kegiatan secara ofline berasal dari paroki- paroki di Kota Kupang dan Paroki St. Petrus Tarus, Kabupaten Kupang kurang. Sedangkan katekis dari paroki- paroki lain se- wilayah Keuskupan Agung Kupang mengikutinya secara daring.

Uskup Hironimus tiba di Paroki St. Yoseph Pekerja Penfui diterima dengan pengalungan kain motif NTT oleh katekis senior, Yustinus Darmo bersama ibu di depan pintu masuk gereja.

Sedangkan pengalungan kepada Ketua Komisi Sosial, RD Yohanes Kiri dan Ketua Komisi Keteketik, RD Yohanes Kartiba oleh Ketua Panitia rekoleksi, Gorgonius Adi Wio bersama ibu dan katekis senior, Yoseph Sudarso bersama ibu. Setelah pengalungan, Uskup bersama rombongan serta Pastor Paroki St. Yoseph, RD Kristpinus Saku serta dua Pastor Rekan Paroki, RD Andreas Sika dan RD Yonatas Kamlasi beristirahat sejenak di pendopo paroki.

Uskup Hironimus menjelaskan, tema rekoleksi ini diinspirasi oleh bacaan Injil pada hari Minggu II Adven, tahun C, yakni Lukas 3: 1- 6. Ada dua aspek yang disoroti dalam injil, yakni padang gurun tempat dimana Yohanes muncul, dan isi pesannya tentang pertobatan.

“Padang gurun dan pertobatan adalah dua kata kunci dari Injil (Lukas 3: 1-6),  yang menyadarkan kita bahwa keduanya langsung berkaitan dengan keseharian hidup kita. Hal ini menyadarkan kepada kita tentang kondisi Kupang dan sebagian tanah Timor sebagai wilayah savana, padang rumput yang gersang, keras, dan menantang,” kata Uskup Hironimus.

Menurut Uskup Hironimus, bicara tentang pertobatan bisa membuat orang tertekan; bisa terasa sulit untuk dipadukan dengan Injil sukacita. Namun, hal itu hanya akan terasa demikian jika orang memandang pertobatan semata-mata sebagai upaya sendiri untuk mencapai kesempurnaan moral, seolah-olah itu adalah sesuatu yang bisa dicapai melalui daya dan usaha sendiri. Di situlah letak masalahnya, karena berpikir bahwa  semuanya tergantung pada diri sendiri.

“Hal ini justru berbahaya, karena dapat mengarah pada kesedihan rohani dan frustrasi. Alasannya, karena kerinduan kita untuk bertobat, berubah, dan menjadi lebih baik, seringkali gagal, meskipun kita telah berjuang semaksimal mungkin, dengan mengerahkan segenap daya dan kekuatan kita. Yang terjadi, justru kita sering tersandung dan jatuh lagi dalam kebiasaan yang salah,” terang Uskup Hironimus.

Uskup Hironimus menjelaskan, sebagaimana Yohanes Pembaptis dan Yesus sendiri, demikian juga para katekis sekarang dihadapkan dengan situasi padang gurun gersang, yang juga penuh dengan aneka godaan dan tawaran, seperti kekuasaan, kekayaan, dan kenikmatan.

“Sanggupkah kita menghayati sikap metanoia atau pertobatan sejati, sebagai dasar kekuatan untuk menepis aneka godaan dan tawaran dunia, demi komitmen kita pada misi keselamatan?” tanya Uskup Hironimus retoris.

Ia meminta para katekis untuk memohon rahmat untuk percaya bahwa dengan Tuhan, segala sesuatu akan berubah. Bahwa Dia akan mengusir ketakutan, menyembuhkan luka- luka, mengubah tempat-tempat yang tandus, kering, dan gersang menjadi mata air yang mengalir. Selain itu memohon rahmat pengharapan, karena harapan menghidupkan iman dan mengobarkan kasih. Inilah harapan yang sedang ditunggu oleh padang gurun dunia saat ini.

Para katekis juga diminta untuk memohonkan doa-doa Santa Perawan Maria untuk membantu dalam tugas- tugas yang diemban, terutama menjadi saksi-saksi harapan dan penabur sukacita di lingkungan sekitar, di tengah-tengah padang savana Kupang dan tanah Timor nan gersang dan keras menantang,  karena harapan tidak pernah mengecewakan.

Uskup Hironimus menegaskan, sukacita tidak hanya di sini dan sekarang ketika semua berkumpul bersama dalam retret Adven menyongsong perayaan Natal, tetapi setiap hari.

“Dalam padang gurun apapun yang kita huni, kita tetap bersukacita, karena di sanalah dengan rahmat Tuhan, kita dipanggil untuk bertobat. Di sana, dalam berbagai padang gurun eksistensial atau lingkungan hidup yang keras dan gersang, kita dipanggil untuk berkembang. Semoga Tuhan memberi kita rahmat dan keberanian untuk menerima kebenaran ini,” imbuh Uskup Hironimus. (bw//***)