KUPANG, BERANDAWARGA.COM— Wali Kota Kupang, Jefri Riwu Kore memerintahkan Perusahaan Daerah (PD) Pasar dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Perindag) Kota Kupang untuk secara rutin melakukan pemantauan harga di pasar.
“Pemantauan ini harus dilakukan agar informasi kenaikan harga diketahui lebih dini dan bisa segera diambil langkah antisipasi,” kata Jefri pada high level meeting (HLM) dan rapat koordinasi Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Triwulan III Tingkat Kota Kupang yang berlangsung secara virtual, Kamis (12/8/2021).
Sejumlah pasar di Kota Kupang akan menyediakan display informasi harga barang komoditas. PD Pasar Kota Kupang dengan dukungan Bank Indonesia akan menyediakan display atau fasilitas layar monitor yang menampilkan informasi harga di beberapa pasar di Kota Kupang.
Jefri menyampaikan terima kasih kepada semua stakeholder dan mitra yang selama ini telah memberi dukungan yang luar biasa serta terlibat langsung dalam upaya membangun dan menata Kota Kupang khususnya dalam pengendalian inflasi.
Ia juga mengimbau kepada semua pihak yang terlibat dalam TPID agar bisa menjadi catatan Bank Indonesia (BI) untuk bersama-sama Pemkot Kupang mengawal upaya pengendalian inflasi di Kota Kupang.
Kepala Kantor Perwakilan BI Provinsi NTT, I Nyoman Ariawan Atmaja menyatakan, pihaknya mendorong Pemkot Kupang ntuk membangun pabrik pakan ternak guna menekan biaya produksi ternak ayam.
Menurutnya, 70 persen biaya daging dipengaruhi oleh harga pakan ternak yang dipasok dari luar daerah.
“Untuk menekan harga ternak, NTT khususnya Kota Kupang perlu memiliki pabrik pakan ternak tersendiri,” ujar Nyoman.
Lebih lanjut ia menyampaikan, BI Perwakilan NTT juga mendorong bantuan kapal ke masyarakat terutama tonase besar, yakni satu sampai 10 gross tonnage (GT) untuk meningkatkan produksi dan produktivitas nelayan.
Selain itu, BI juga mendorong perlunya kerja sama antar daerah untuk menjamin pasokan komoditas yang biasa dipasok dari luar.
Pada kesempatan itu Nyoman menjelaskan, pada Juli 2021, Kota Kupang mengalami inflasi sebesar 0,14 persen (month to month/ m-t-m), lebih tinggi dari bulan sebelumnya yang mengalami deflasi sebesar 0,88 persen (m-t-m).
Inflasi terutama didorong oleh kenaikan harga ikan kembung akibat hasil tangkapan nelayan yang menurun, serta kenaikan harga daging babi di tengah wabah ASF yang masih berlanjut.
“Berbagai jenis komoditas hortikultura seperti tomat dan sawi putih juga terus melanjutkan penurunan harga pasca badai siklon seroja,” papar Nyoman.
Ia mengatakan, secara tahunan, inflasi Kota Kupang pada Juli 2021 tercatat sebesar 1,55 persen (year on year/ y-o-y). Nilai inflasi ini sedikit lebih tinggi dibandingkan inflasi nasional sebesar 1,52 persen (y-o-y).
Dampak siklon seroja terhadap inflasi ternyata lebih rendah dibandingkan perkiraan semula. Namun bila dilihat lebih rinci per kelompok, inflasi kelompok makanan, minuman dan tembakau masih tercatat sangat tinggi yakni sebesar 4,76 persen (y-o-y), sehingga perlu menjadi perhatian.
Pada rapat tersebut, Bank Indonesia juga juga mengajukan sejumlah rekomendasi untuk upaya pengendalian inflasi di Kota Kupang. Di antaranya adalah mendorong untuk membentuk kluster komoditas penyumbang inflasi seperti kluster bawang merah, cabai merah, cabai rawit.
Selain itu mendorong pembuatan green house untuk menjamin produksi sayuran agar dapat berproduksi sepanjang tahun.
Rapat yang dipandu Asisten Perekonomian dan Pembangunan Sekda Kota Kupang, Ignasius R. Lega itu, Bulog dan Satgas Pangan Provinsi NTT memastikan ketersediaan stok pangan untuk Kota Kupang masih cukup untuk dua sampai tiga bulan ke depan.
Sementara itu General Manager PT. Pelindo III Kupang, Agus Nazar memastikan proses bongkar muat dan distribusi barang di Pelabuhan Tenau Kupang masih berjalan normal. (berandawarga.com//**/tan)